Titik Terendah


Setelah sekian lama gue gak nulis Blog, banyak hal yang numpuk di otak gue. Tapi gue gak bisa mengungkapkannya lewat tulisan. Dan kali ini gue sedikit mau berbagi tentang masa kecil gue atau pembuktian terhadap diri sendiri bahwa terkadang sugesti dalam diri sendiri bisa mempengaruhi mampu atau ngganya kita melakukan suatu hal.

Waktu kecil saat TK, gue anak yang ceria kaya anak-anak yang lain pada umumnya. Gue jauh sama Mama karena waktu itu beliau kerja di Jakarta. Lalu Papah, Kakak, dan gue tinggal di Bogor. Pada zaman itu adalah kali pertama gue merasakan kesedihan yang gak biasanya. Jujur, terkadang gue iri sama temen-temen yang selalu dianterin pas sekolah dan disuapin bekel saat istirahat. Tapi gue selalu sok nulis-nulis di papan tulis biar ada kerjaan dan gak terus-terusan iri sama temen-temen yang lain. Hal tersebut selalu gue lakukan saat istirahat.

Gue ketemu Mamah hanya seminggu sekali. Karena gak mungkin untuk Mamah pulang pergi Jakarta-Bogor setiap hari. Dan alhamdulillahnya, Papah selalu men-treat anak-anaknya dengan bijak dan baik. Ya, walaupun gue akui memang didikan Papah itu keras. Tapi dari situ gue sangat bersyukur ketika melihat orangtua lain, yang kurang perhatian dengan anaknya. Gue inget banget Papah rela bikin abjad, angka di karton yang superrr gede dan setiap malam gue selalu dipanggil untuk belajar. Setiap gue gak bisa jawab pertanyaan dari Papah, gak jarang kadang suka dicubit dan Kakak gue selalu nemenin sambil meluk gue. Ha ha ha. Metode belajar dari Papah berhasil. Dari sebelum sekolah, akhirnya gue bisa baca dan sedikit-sedikit berhitung. Akhirnya sampai SMA gue selalu ada di 10 besar.

Pada masa-masa itu bisa dibilang adalah titik terendah dalam hidup gue. Jauh dari Mamah, ekonomi pun saat itu benar-benar lagi kacau banget karena usaha Papah yang lagi gak baik. Akhirnya menginjak umur 5 tahun, gue dan Kakak memutar otak untuk bagaimana bisa dapat uang jajan tanpa harus minta Papah dan Mamah. Dulu di halaman rumah ada pohon jambu dan tugas Kakak gue adalah manjat pohon dan metik buahnya. Sedangkan gue nunggu dibawah buat ngambilin jambunya sekaligus ditusuk ke lidi yang udah dibersihin. Inget banget, satu tusukan isi 3 jambu kita hargai 300 rupiah lalu dijual ke temen-temen dekat rumah. Yang dimana kita tuh seneng banget karena bisa menghasilkan uang. Malu? Ngga sama sekali. Malah kita bangga banget udah bisa cari uang dengan jeri payah sendiri. Berawal dari jualan jambu, akhirnya gue dan Kakak selalu cari ide apa yang bisa kita jualin. Dan, alhamdulillah selalu ada jalan dan rezeki kalo kita mau usaha.

Banyak pelajaran yang bisa gue petik dari masa kecil gue. Gue bisa jadi lebih mandiri dan menghargai uang. Karena cari uang itu sulit banget dan butuh effort yang luar biasa. Saat SMA, uang pertama gue adalah 25ribu karena gue diminta untuk mengajarkan adik kelas gue membuat skenario film. Yang dimana gue pun samasekali gak ada pengalaman buat skenario. Akhirnya gue belajar cara pembuatan skenario. At least, gue tau inti pokok dari pembuatan skenario. Lalu, alhamdulillah gue diminta untuk nulis skenario dan garap film untuk lomba di perpusnas RI dan uang kedua gue adalah 200ribu. Gue kaget setengah mampus karena baru pertama kali gue dapat uang yang lumayan gede karena hasil kerja keras gue sendiri.

Dan makin bertambahnya umur, gue sering berpikir bahwa Allah itu selalu memberi pelajaran di balik cobaan yang gue hadapi. Saat kehidupan gue ada di titik terendah (masa kecil gue), alhamdulillah Allah menghadirkan orang-orang yang selalu support dan sayang sama gue. Yaitu Mamah, Papah, dan Kakak. Allah jadikan gue anak yang mandiri walaupun terkadang gue suka cengeng kalo homesick. He he. Dan banyak temen-temen yang selalu kasih pelajaran tersirat untuk hidup gue. Entah selalu diajarkan untuk gak menengok ke atas dan harus bisa survive atas diri sendiri. Gue selalu bersyukur karena sempat  berada di titik terendah. Karena mungkin kalo Allah gak menempatkan gue di posisi tersebut, bisa aja gue jadi anak yang manja dan gak bisa menghargai oranglain.

Buat kalian yang lagi atau pernah merasakan hal yang sama atau sedang berada di titik terendah dalam hidup kalian, jangan pernah men-suggest diri kalian untuk gak mampu menjalankan hidup ini. Seharusnya, diri kalian sendiri lah yang harus berjuang untuk menghadapi segala masalah yang datang. Gue pun juga bukan orang yang kuat-kuat banget. Tapi seenggaknya, gue pernah melewati masa-masa pelik dan membuktikan bahwa diri gue mampu untuk melewati itu dengan bantuan Allah. Ternyata berprasangka baik terhadap kehidupan itu sangat penting dan perlu. Karena dari hal tersebut, kita dapat belajar bahwa yang bisa menolong dan menopang diri kita, ya kita sendiri dan Allah. Terkadang Allah kasih bantuan lewat orang-orang yang memang tulus membantu. Dan, gak ada yang perlu disombongkan karena sewaktu-waktu Allah bisa ambil semuanya kapan aja. Bener ya memang, hidup ini kaya roller coaster. Kadang di bawah kadang di atas.

Jadi, gue selalu inget kalimat dari temen gue “Lo akan capek ketika lo menongak ke atas terus.”
Semoga kita bisa sama-sama belajar dari pelajaran hidup masing-masing, ya.

Cheers! Have a good day J

Komentar

Postingan Populer